eparrphepavacuum.com – Di tengah berkembangnya teknologi hiburan, muncul fenomena menarik bernama teater virtual realitas (VR)—pentas seni interaktif yang berlangsung dalam dunia maya. Di Indonesia, teater VR mulai dikembangkan oleh Studio Seni Maya Jakarta. Mereka menyatukan seni teater, visual CGI, dan teknologi VR untuk menghadirkan pertunjukan teatrikal yang bisa dinikmati siapa saja, dari mana saja, dalam headset VR.
Salah satu pertunjukan unggulan mereka adalah Kabar Malam Kota, menceritakan perjalanan simbolik seorang pemuda menjelajahi kota metropolitan pada malam hari, dipadukan dengan cerita rakyat urban dan arsitektur ikonik Jakarta. Penonton merasakan atmosfer kota—lampu neon, lalu lintas kendaraan, hingga bisikan narasi dalam ruang audio 3D—seolah betul-betul hadir di tengah cerita.
Dari sudut EEAT, keahlian (expertise) terlihat dari proses kolaboratif antara sutradara teater, pengembang game engine, dan pengisi suara profesional—menghasilkan pengalaman yang sinematik sekaligus teatrikal. Otoritas (authoritativeness) hadir karena karya ini diakui oleh Asosiasi Teater Indonesia, serta mendapat apresiasi dalam Festival Seni Digital Internasional 2024. Sedangkan kepercayaan (trustworthiness) diperkuat oleh kemauan terbuka Studio untuk menghadirkan panduan teknis, dokumentasi pertunjukan, dan sesi tanya jawab langsung dengan kreator setelah pentas.
Teater VR ini menjadi alternatif hiburan berkelas yang inklusif—penonton tidak perlu hadir fisik di teater, cukup bermodalkan headset dan koneksi internet. Ia membuktikan bahwa seni pertunjukan bisa melampaui batasan geografis, ramah terhadap kondisi pandemi, dan mampu memperluas akses budaya.
Bagi penggemar seni dan teknologi, teater VR Indonesia membuka menu baru: menyaksikan pementasan dramatis tanpa kursi teater konvensional—justru dengan headset dan ruang digital, tapi tetap menghadirkan emosi nyata.